Cast : Lee Jieun
(iu), Oh Sehun.
Genre : Drama,
romance, PG 17+.
Lenght: Twoshoot.
Hai-hai aku bikin FF baru, cast nya sehiu alias Sehun iu,
disini anggep aja Sehun lebih tua dibanding iu ,,, okeh check it out ^^
Aku Lee Jieun, anak dari orang yang cukup terpandang dikota ini,
aku tinggal bersama ayah, lalu kemana ibuku? Ia telah meninggal 1 tahun lalu
karena kanker hati. Semua bermula dari wanita itu, wanita yang sekarang menjadi
ibu tiriku, wanita yang bernama Oh Ha ni, memang benar ibu tiri selalu jahat.
Ia baik didepan ayah namun berubah menjadi iblis jika ayah sudah pergi. Ia tak
menganiaya ku namun sikapnya yang selalu tampak sinis padaku. Selain ibu tiri
aku juga mempunyai saudara tiri, tepatnya saudara laki-laki, sikapnya dingin,
seakan tidak perduli dengan apapun yang terjadi disekitarnya, yang kulihat ia
acuh bukan hanya dengan ayahku, ia juga acuh dengan ibu kandungnya sendiri yang
sekarang menjadi ibu tiriku. Entah bagaimana, ketika ayah berangkat kerja
semuanya berubah, kami, aku, kakak tiriku, juga ibu tiriku sibuk dengan
kegiatannya masing-masing tanpa saling menyapa satu sama lain. Namun ketika
ayah pulang, semua berkumpul dimeja makan dan memerankan perannya masing-masing
terkecuali dia, kakak tiriku, dia tetap dingin. Aku juga tak kalah dengan ibu
tiriku, aku bersikap baik terhadapnya jika didepan ayah. Aku tak mau semua
fasilitas dicabut jika aku melakukan hal yang tidak ayah sukai. Aku stress,
tentu saja, aku manusia biasa, siapa yang rela mempunyai ibu tiri namun itu tak
bertahan lama, aku mulai menyesuaikan diri jika tidak, mungkin aku sudah
didepaknya.
Saat ini aku sedang berada di balkon kamar, aku
memandanginya, entahlah aku tak punya kegiatan lain sepulang sekolah, dia
sedang membidik beberapa foto, ia terlihat sedang memotret beberapa bunga
disana. Kalian tahu siapa yang sedang aku perhatikan? Dia, kakak tiriku,
namanya Oh Sehun, namja berkulit putih, berbadan tegak dengan tinggi yang
lumayan, dan juga tampang nya yang berbeda dengan kebanyakan orang korea,
mungkin lebih tepatnya ia mirip orang-orang barat.
Lalu kenapa aku memperhatikannya?
Entahlah, aku hanya iseng saja, aku sedang tak ada
kegiatan lain, guru les ku berhalangan hadir entah karena apa jadi disinilah
aku sekarang, lagi pula aku juga tidak memperhatikannya saja, aku juga melihat
hal lain, bunga, taman, dan juga burung yang berterbangan, kalian tidak tahu
saja seberapa besar halaman rumahku, mungkin ini bisa disebut sebuah taman
kota. Ayah menjabat sebagai wali kota, tentu saja rumahnya pun berbeda dengan
tetangga-tetangga sekitarnya, ya bisa disebut istana lah.
Lalu apa yang sedang ibu tiri ku lakukan?
Dengan harta ayah yang melimpah, ia hanya bisa
berfoya-foya, ia sering mendatangkan ahli facial kerumah hanya untuk
memuaskannya soal perawatan wajah. Belum lagi jika teman-temannya yang selalu
membuat kegaduhan diseisi ruang tamu, saling menyombongkan diri dengan
barang-barang bermerk yang mereka beli dengan uang jerih payah suaminya.
Aku, tentu saja aku berbeda dengan ibu tiriku, aku kadang
menyumbangkan sebagian uang jajan yang ayah berikan pada panti asuhan, bagi
orang lain mungkin uang jajan yang diberikan ayah untuk satu bulan bisa
menghidupi mereka selama satu tahun. Bukannya sombong, tapi aku memang sedikit
baik, ibu selalu mendidik ku agar selalu peduli pada orang lain. Aku juga sama
seperti anak remaja lainnya, kadang egois, kadang manja, juga kadang cengeng
tapi tak membuatku menghamburkan uang yang telah ayah berikan.
Dibalik sikapku yang tenang, aku sebenarnya depresi, aku
pernah berfikir untuk mengakhiri hidup, dengan begitu mungkin akan terasa
ringan. Tapi aku berfikir ulang, aku tak mungkin membiarkan wanita jalang itu
menikmati semua ini sendirian. Bukan aku tak pernah melawan, aku sudah sering
memberontak namun itu dulu, dulu aku pernah kabur karena ayah memberitahuku
bahwa ia akan menikah lagi, namun apa yang kudapat, ayah tetap menikahi wanita
itu dan aku dibawa pulang paksa oleh para bodyguard nya, sangat dramatis bukan?
Ya, tapi itulah kenyataannya. Sekarang aku memilih diam dan menjalani hidup
dengan normal, sebisa mungkin aku menganggap semua nya berjalan normal. Aku
bersekolah, aku menjalani les, juga aku menurut pada ayah. Aku tidak akan
membuang waktu, aku memperkaya diri dengan semua keahlian, aku mengikuti banyak
les, les piano, les nyanyi, les bahasa inggris, dan banyak les lainnya. Aku
menyibukan diri dengan semua itu.
“Aaah aku bosan, kenapa Pak Minho izin mendadak sih ...
?” keluh Jieun. Minho adalah nama guru les Bahasa Inggris Jieun yang selalu
datang saat Jieun pulang sekolah.
“Aaah lebih baik aku bermain piano” ujar nya lalu
beranjak dari balkon. Ia mengganti seragamnya dengan dress putih polos yang
menawan.
Jieun berjalan, ia melewati beberapa lorong rumahnya, ia
menghela nafas, rumah sebesar ini, hanya diisi dengan para permbantu. Ia
melewati kamar Sehun, ia memandang sejenak namun berjalan kembali. Semakin lama
Jieun semakin penasaran dengan sosok kakak tirinya itu, entahlah mungkin karena
ia jarang melihatnya berkomunikasi dengan orang lain. Dengan ibunya sendiri,
bahkan Jieun jarang melihatnya mengobrol atau sekedar basa-basi.
Jieun sampai disebuah ruanngan besar yang terdapat sebuah
piano berwarna putih, atau tepatnya disebut ruang santai, terdapat jendela
besar disisi kanannya yang mengarah langsung kehalaman belakang. Ini tempat
favoritnya jika sedang tak melakukan apapun, ia akan berdiam disini bahkan
pernah ia sampai tertidur dan membuat ayahnya kelimpungan mencarinya. Lagi pula
siapa suruh membuat rumah sebesar ini?
Jieun mulai menggerakan jari-jarinya diatas tuts-tuts
piano, terdengar alunan musik merdu diseluruh penjuru ruangan, Jieun memejamkan
matanya menikmati setiap alunan musik yang dimainkannya. Lagu ini, lagu
kesukaan mendiang ibunya, lagu yang akan membuat Jieun mengenang masa-masa
kecilnya dulu.
Dipintu masuk sesosok namja tengah memperhatikan Jieun
bermain piano, namja yang tak lain berstatus sebagai kakak tirinya. Sehun tak
sengaja mendengar suara alunan piano ketika melewati ruangan ini dan rasa
penasarannya pun mucul, ia mengintip dan ternyata Jieun lah yang memainkan
alunan lagu merdu yang didengarnya.
Sehun masih memperhatikannya sampai Jieun berhenti karena
lelah memainkan pianonya. Jieun merebahkan diri disofa yang mengarah langsung
kejendela. Jieun menekuk lututnya, ia mulai memejamkan matanya.
Sebenarnya sehun ingin menyapa yeoja itu, yeoja yang
sejak tiga bulan ini menjadi adik tirinya, namun entah mengapa kakinya serasa
terpaku, tak dapat mendekati Jieun lebih dekat.
Sehun mengurungkan niatnya, langkahnya kembali menuju
kamar tidurnya.
Ia membuka pintu kamarnya dan merebahkan diri, disana,
dimeja belajarnya terdapat banyak foto yang telah diambilnya, foto yang
sebagian didominasi seorang yeoja berambut panjang, itu adalah foto Jieun yang
diambilnya diam-diam. Ia tahu Jieun memperhatikannya saat ia berada ditaman
tadi.
Sehun mengambil salah satu dari beberapa foto Jieun, ia
tersenyum memandanginya.
^^^^
“Oh bukankah ini fotoku?” Jieun mengambil selembar foto
yang tergeletak dianak tangga rumahnya.
“Mungkinkah ada penguntit yang mengikutiku?” ia membawa
foto itu, ia berjalan menuju kamarnya, ia harus bersiap-siap dan harus
berangkat lagi untuk les karate. Namun langkahnya terhenti mendapati Sehun
sedang mondar-mandir dihadapannya, sepertinya ia tak menyadari kehadiran Jieun.
Jieun mengerutkan kening.
Sedang
apa dia mondar mandir? seperti sedang mencari sesuatu.
Mungkinkah
...
Jieun menyembunyikan foto yang ditemunkannya dibalik
punggungnya.
“Ekhemm ...” Jieun berdehem, Sehun tampak sedikit kaget.
“Chogi, kau sedang mencari apa?” tanya Jieun, baru kali
ini ia berbicara pada kakak tirinya itu sejak Sehun pindah kesini. Sepeti
bunglon seketika Sehun memasang tampang dinginnya lagi.
“Aku sedang mencari foto, kau mau lewat kan? Lewatlah
jangan ganggu aku” ujarnya dingin.
Cihh,
dasar namja ini, mungkinkah dia mencari foto yang kutemukan tadi?
Tapi
bukankah itu fotoku? Apa dia seorang maniak, Omo menakutkan sekali ..
“Yaak kau, kalau mau lewat, lewat saja” Jieun terbangun
dari lamunannya.
“Kau mencari ini ?” Dengan berani Jieun memperlihatkan
foto yang ia temukan tadi yang tak lain adalah fotonya sendiri.
Jieun menemukan wajah Sehun terlihat kebingungan, tampak
berbeda dengan tampang dinginnya beberapa detik yang lalu.
“Wae? Kemana Sehun yang dingin ?” Jieun meremehkan,
sebenarnya ia juga penasaran kenapa Sehun menyimpan fotonya, dan terlihat dari
foto itu, Sehun membidiknya diam-diam.
Sehun masih diam, namun tanpa aba-aba tangannya menarik
tangan Jieun dan membawanya entah kemana.
“Yaaak kau, apa yang kau lakukan ?” Jieun berteriak namun
tak digubris Sehun, ia membawa Jieun melewati lorong dan sampailah mereka
diruangan, yang terlihat seperti gudang. Sehun memojokan Jieun.
“Yaakk ka .. “
“Aku .. menyukaimu” potong Sehun yang langsung membuat
omelan Jieun bungkam. Jieun masih tak percaya dengan ucapan yang keluar dari
mulut kakak tirinya itu.
“Micheosseo .. “ Jieun sedikit meninggikan suaranya, ia
benar-benar tak percaya dengan semua ini. Hidupnya terlalu complicated.
“Aku .. serius”
“Ta tapi kau kakak ku”
“Ck apa kau pernah mengganggap ku sebagai kakak mu,
kurasa tidak”
Jieun tak tahu harus berkata apa lagi, ucapan Sehun
memang benar, tak terlintas sedikitpun dibenaknya untuk menerima Sehun sebagai
kakaknya, walau hanya kakak tiri apalagi menganggap ia juga ibunya keluarga.
“Wae kenapa diam ?” tanya Sehun sembari memiringkan
kepalanya.
Jieun tak ingin berlama-lama lagi disini. Ia mulai malas.
Jieun memandang Sehun lalu tersenyum miring. Sehun mengerutkan kening. Kenapa
Jieun malah menyeringai padanya ?
BUGH
Jieun menghadiahi pukulan diperut Sehun, yang membuat Sehun meringis. Jieun
melangkah bersiap pergi, namun tak diduga Sehun dengan cepat mencengkram
tangannya dan merebahkannya disofa yang sedikit terselimuti debu, Sehun
diatasnya. Membuat gerakan Jieun terkunci.
“Yaaakk kau ,,, Micheosseo !” Jieun berontak namun bukannya
Sehun melepaskan ia semakin mengeratkan pegangannya.
“Kau, berani-beraninya memukulku. Aku tahu kau jago karate
namun sehebat apapun itu kau tetap yeoja yang akan kalah oleh seorang namja” Sehun
tersenyum sinis.
Jieun menghembuskan nafasnya kasar. Ia masih tak percaya
bisa berada disituasi seperti ini.
“Lalu apa yang kau inginkan?”
Sehun tersenyum menang.
“Kau tahu apa yang kuinginkan” Ujar Sehun masih dengan
senyuman mautnya.
“Apa ? kau mau jatah uang jajan ku atau tidak mungkin kan
kau mau tas-tas bermerk ku?”
Jieun mengatakannya sesuai apa yang ada diotaknya,
ia masih belum tahu pasti apa yang sebenarnya Sehun inginkan darinya. Padahal
jelas-jelas Sehun sudah mengatakan kalau dia menyukai Jieun.
“Ckk,, dongsaeng ku yang satu ini memang benar-benar
lucu”
“Yaakk aku serius apa yan kau inginkan ?” Jieun geram
dengan sikap Sehun yang selalu bersikap seakan meremehkannya.
Sehun mendekat, “Aku menginginkanmu” bisiknya yang
mendapat tatapan tajam dari Jieun, bukan hanya itu bulu kuduk Jieun meremang
olehnya.
Belum sempat Jieun mengoceh Sehun menguncinya terlebih
dahulu dengan bibirnya, dilumatnya ganas bibir ranum Jieun, Sehun menguasainya
penuh, tak sejengkal pun ia lewatkan, lidahnya dengan mudah menulusup masuk, ia
mengeksplor rongga mulut Jieun dengan bebas. Jieun tak diam, tangannya berontak
namun tak dipedulikan Sehun, Sehun justru semakin mencengkramnya kuat. Sehun
beralih menelusuri pipi Jieun dan semakin mengarah kearah lehernya. Dibuatnya
sebuah kissmark disana.
Jieun terengah, dadanya naik turun tak beraturan, ia
mengambil nafas sebanyak-banyaknya ketika bibir Sehun beralih menuju lehernya,
namun tanpa sengaja desahan muncul begitu saja saat Sehun semakin mencumbu
lehernya. Sehun tersenyum dibalik kegiatannya.
“See , kau menikmatinya” ujar Sehun meneyeringai, ia
menghentikan kegiatannya setelah merasa puas.
Jieun masih mengambil nafas, ia memegangi pergelangan
tangannya yang dicengkram Sehun kuat, sedikit memerah. Sehun pergi begitu saja
meninggalkan Jieun yang masih sibuk dengan nafas yang memburu.
“Bodoh bodoh bodoh kenapa aku bisa mengeluarkan suara
menjijikan seperti itu” Jieun berkali-kali mengumpat kebodohannya sendiri.
Namun dia memang merasakan sesuatu yang aneh saat Sehun menyentuhkan, sesuatu
seperti kupu-kupu yang berterbangan dari dalam perutnya, hanya saja Jieun belum
mengetahui perasaan apa itu.
Jieun bangun, ia berjalan menuju kamarnya dengan rambut
sedikit berantakan, ia sudah tak minat lagi untuk pergi les siang ini. Para
pelayan yang berdiri didepan kamarnya memandang Jieun heran namun tak ada yang
berani menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, bukan mendapat jawaban bisa-bisa
mereka dipecat mendadak. Jieun memang orang baik namun ia juga berwibawa,
selalu menjaga image nya didepan para pelayan-pelayannya.
“Keluar kalian”ujarnya, Para pelayanpun menunduk dan
satu-persatu keluar dari kamar Jieun. Jieun mengunci pintunya.
“Aishh, aisshh dia itu benar benar ... “
Jieun melepas seragamnya satu-persatu,, ia berjalan
kearah kamar mandi dan berendam, ia ingin merefreshkan otaknya yang terlalu
kacau menghadapi satu lagi masalah yang datang dari kakak tirinya.
Jieun menutup matanya sejenak, ia ingin merilekskan pikirannya,
aroma terapi meyeruak disudut-sudut kamar mandinya. Ia menyukai ini, aroma
white jasmine, aroma yang juga menjadi favorite mendiang ibunya.
“Eomma aku merindukanmu..” gumam Jieun tanpa sadar.
Setelah hampir sekitar satu jam Jieun berendam, ia pun
keluar dengan handuk kimononya. Sekarang ia mengantuk, ia ingin tidur, ia pun
tidur tanpa mengganti handuk kimononya dengan baju lain. Kebiasaan Jieun yang
tak pernah berubah sejak kecil.
^^^^
“Kenapa kalian semua diluar?” tanya Sehun pada para
pelayan Jieun.
“Nona yang memintanya tuan”
Sehun pun hendak membuka pintu kamar Jieun, ia
memutar-mutar kenop pintunya namun ternyata terkunci.
“Aisshh benar-benar anak ini .. “
“Ambilkan kunci serep kamar nona” ujar nya kemudian, dua
pelayan pun pergi mengambil kunci serep mengikuti intruksi tuan mudanya. Tak
lama mereka kembali dengan sebuah kunci ditangannya. Sehun mengambilnya cepat.
Ia memutar kuncinya dan CKREKK .. pintu pun terbuka.
“Pergilah, aku tak
membutuhkan kalian lagi”
“Tapi kami biasa berdiri disini tuan, untuk menunggu
nona” ucap salah seorang pelayan, Sehun berbalik dan memandangnya sengit.
Mendapat pandangan seperti itu mereka pun tak punya pilihan lain, mereka
membungkuk dan berlalu dari hadapan Sehun.
Perlahan Sehun membuka pintu kamar Jieun. Matanya
menelusuri setiap sudut kamar Jieun yang sangat besar untuk ukuran kamar
seorang gadis. Ia tersenyum ketika melihat orang yang dicarinya tengah terlelap
dibalik selimut, Sehun mendekat. Ia memandangi wajah polos Jieun yang tampak
seperti malaikat, lagi-lagi senyum mengembang dibibirnya. Sejak saat itu, sejak
mendengar Jieun berbicara dengan pelayannya, ia mendengar Jieun meminta
pelayannya itu untuk memberikan sumbangan pada yayasan sosial dengan sebagian
uang jajannya, seorang anak yang berlimpah harta, ibunya yang sudah meninggal
dan ayahnya yang menikah lagi masih bisa memikirkan tentang nasib orang lain
yang tak seberuntung dia meski ia juga sebenarnya tersakiti dengan kelakuan
ayahnya, sungguh Sehun sangat salut. Ada berlian dibalik sikap angkuh Jieun dan
Sehun telah melihat itu.
“Heyy bangun ..” Ujar Sehun sembari menarik selimut yang
menutupi tubuh Jieun.
“O omo ..” Sehun memalingkan wajahnya ketika mendapati
Jieun masih memakai handuk kimono yang sedikit terbuka didaerah bahunya.
Jieun menggeliat kecil, ia sedikit terusik karena
tubuhnya mulai terasa dingin. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, masih dengan
wajah lusuh ia bangun terduduk. Ia medapati seosok namja yang tengah berdiri
membelakanginya, sepertinya ia tahu itu siapa.
“Yaa yaakk kau, sedang apa kau disini !?” Pekik Jieun pada
namja yang bernama Oh Sehun itu, Jieun menarik selimut dan menutupi tubuhnya
sampai keleher. Sehun berbalik memandang Jieun.
“Kau ini, kalau tidur pakai pakaian yang benar”
Jieun mengerutkan kening, ah ia tahu apa maksud Sehun.
“Ke kenapa kau malah menceramahiku, sebenarnya ada perlu
apa kau kesini? Tumben sekali, dan perasaan tadi aku mengunci pintunya” Jieun bingung bagaimana Sehun bisa masuk.
“Ayah memanggil mu untuk makan malam”
“Oh, lalu kenapa kau yang kesini, ada banyak pelayan yang
bisa memberitahukannya padaku?”
Sehun tersenyum dengan ekspresi yang sulit dijelaskan,
Jieun memasang tampang bingungnya.
Selalu
saja ada perasaan tidak enak saat ia tersenyum seperti itu
To be continue ~
huhu...
ReplyDeleteaku nge-ship IU EXO *gak ada yang nanya*
bagus bagus bagus
aku telat yah ngasih komennya
soalnya baru ketemu sekarang
baru ada waktu bebas sekarang
asik asik asik
step brother yang part duanya udah ada kan?
oke aku baca
fighting thor! ^^
hehe ,, makasih makasih apple :)
Deletehehe.... reader baru... bakal sering2 mampir deh ke blog kamu... HWAITING!!!!
ReplyDeletewelcome ... ya hwaiting ! :D
Delete