Ambition [1]


Cast    : Lee Jieun, Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.

Genre : Drama, romance, life.

Length: Chapter.

Hai-hai author bikin ff chapter lagi, horeee :D Ya udah baca aja yuk !



Jieun adalah seseorang yang berfikiran realistis, ia mencintai pekerjaannya dan tipe wanita pekerja keras.

Luhan adalah seorang manager diperusahaan ayahnya, muda, tampan dan mapan. Ia kekasih dari Lee Jieun, wanita yang bekerja di perusahaan saingannya.
Mereka saling mencintai, ya itu sudah tak diragukan lagi. Mereka tinggal satu atap, berbagi hidup dan melakukan apapun layaknya pasangan pada umumnya. Tapi tidak untuk masalah pekerjaan, mereka sangat profesional dibidangnya masing-masing.

Luhan berkali-kali meyakinkan Jieun untuk berhenti menjadi wanita karir dan meminta menikah dengannya, namun Jieun menolak. Tak sampai disitu, Luhan juga pernah meminta Jieun untuk pindah ke perusahaannya dan memberikan jabatan yang layak namun itu juga ditolaknya mentah-mentah. Luhan tahu, Jieun sangat gila pekerjaan. Bahkan mungkin, Luhan nomor dua jika dibandingkan pekerjaan. Oke, dan setelah itu ia menyerah, ia tidak pernah lagi memaksakan kehendaknya pada wanita karir itu. Luhan hanya tidak ingin Jieun menjauh dengan semua tindakannya yang mungkin bisa merubah pemikiran Jieun.
Luhan masih memperhatikan wanita itu mondar mandir dihadapannya, membuka lemari, merias wajah dan terakhir memakai sepatu berhak tingginya.

"Ji, aku sedang sakit"

"Lalu ?" Jieun, wanita itu hanya memandang Luhan tak mengerti.

"Kau mau mengacuhkanku ?"

"Oh ayolah hari ini aku ada meeting sayang"

"Aku kekasihmu"

"Aku tahu Luhan" jawab Jieun jengah.

"Aku membutuhkanmu hari ini saja"

"Jangan kekanakan" ucap Jieun sembari mengecek penampilannya lagi dicermin.

"Memang meeting apa ?"

"Meeting tentang pro- tunggu dulu .. Jangan mengorek informasi dariku Mr.Lu" ucap Jieun tajam.

Dan namja itu hanya tersenyum dengan edikan bahu.

"Aah ketahuan lagi" ucap Luhan pura-pura sedih.

"Ckk dasar kau ini"

"Hanya bercanda nyonya Lu, jangan terlalu serius"

"Ny.Lu ?" tanya Jieun mengernyit.

"Ya Ny.Lu apa ada yang salah ?"

"Aku bahkan belum menikah denganmu"

"Itu mudah, mau kah kau menikah denganku ?"

"Lamaranmu tidak romantis Lu"

"Baiklah lain kali akan kubuat seromantis mungkin"

Jieun melirik arlojinya.

"Aku terlambat, kalau begitu bye sayang, cepat sembuh" dengan kecupan ringan didahi Luhan, Jieun berjalan tergesa keluar apartment, menyisakan Luhan yang masih menatapnya sampai sosok wanita yang dicintainya menghilang dibalik pintu.

"Have nice day my sweetie" gumam Luhan dan kembali manarik selimut tebalnya hingga menutupi kepalanya.

<<>> 

Meeting adalah kegiatan yang sepertinya sudah mendarah daging dengan seorang Lee Jieun. Ya, ia wanita yang cakap dalam menyampaikan semua materinya dan terlihat begitu percaya diri. Cukup membuat karyawan lain iri sekaligus kagum.

Meeting berakhir dengan tepuk tangan para karyawan juga pemimpin perusahaan yaitu Kim Myung Bin. Pria paruh baya yang masih berobsesi meningkatkan perusahaannya. Sosok yang sangat Jieun hormati dan kagumi karena pria tua itu sangat gigih dalam bekerja. Itu penilaian Jieun dari selama ia bekerja disana.

"Bagus Jieun" tepuk tuan Kim dibahu Jieun.

"Ah, ne khamsahamnida presdir" balas Jieun dengan bungkukan kecil.

"Maukah kau menemani pria tua ini makan siang ?"

"Ne ? Tentu .. Tentu saja presdir, suatu kehormatan bagi saya"

"Hahaha, kau masih saja kaku. Aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang"

"Siapa itu presdir ?"

"Kau akan tahu nanti"

Jieun hanya mengekori tuan Kim saat orang itu mulai melangkahkan kakinya keluar ruang meeting.

<<>> 

"Aku baik baik saja eomma" ucap Luhan sedikit tidak bertenaga dalam sambungan telepon bersama ibunya.

"Pulanglah sayang, eomma takut sakit mu semakin parah"

"aku hanya butuh istirahat"

"Kapan kau akan mengenalkan yeojamu itu secara resmi ?"

"Aisshh kenapa jadi bertanya tentang Jieun ?"

"Eomma ingin bertemu dengannya lagi"

"Ia sibuk eomma, aku bahkan ditinggalkannya walaupun ia tahu aku sakit"

"Kalau begitu dengarkan saran eomma, eomma punya banyak rekan yang anaknya cantik-cantik. Kau Mau bertemu jika eomma tawarkan tidak ?"

"Eomma .." rengek Luhan panjang.

"Ne ne, eomma akan berhenti. Pulanglah untuk kali ini, ayahmu pasti rindu"

"Ne baiklah aku akan pulang"

"Eomma tunggu ya sayang"

"Ne eomma, ku tutup ya teleponnya"

"Ne hati-hati menyetirnya ya sayang"

"Ne"

Klik, Luhan mengakhiri panggilan mereka. Luhan anak lelaki yang sangat Ny.Xi banggakan. Kadang Terlalu berlebihan pikir Luhan. Ibunya sangat senang mempunyai anak laki-laki karena kedua kakak Luhan adalah perempuan. Menjadi anak bungsu dan seorang laki-laki pula menjadi keberuntungan tersendiri bagi Luhan tapi sekarang ibunya terus saja bertanya kapan Luhan akan mengakhiri masa lajangnya. Berbeda dengan ibu Luhan, ayah Luhan hanya perduli pada perusahaan, bahkan obrolannya pada Luhan pasti tidak akan jauh dari perusahaan.

Luhan beranjak, berjalan menuju dapur dengan sedikit lemas. Tersenyum simpul saat mendapati segelas susu juga sandwich diatas meja putih bundar disana. Juga ada secarik kertas disampingnya. Pria itu mengambil nya dan membacanya.

Luhan sayang cepat sembuh, makanlah agar perutmu tidak krempeng seperti itu :p
Aku akan pulang cepat , aku janji
Love u baby , muaccchh :*

Luhan kembali tersenyum, meletakan kertas itu dan mulai mengambil gelas berisi susu lalu menengguknya sedikit dan mulai beralih pada sandwich yang terlihat tidak meyakinkan.

"Gomawo sarapannya baby" gumam Luhan dan mulai menyantap sandwich buatan Jieun. Tidak terlalu buruk. Namja itu bahkan tidak tahu kapan Jieun menyiapkan semua ini untuknya. Bukan sesuatu yang luarbiasa memang, tapi mampu membuat Luhan tersenyum berkali-kali dan semakin tidak ingin melepaskan yeoja bernama Lee Jieun.

<<>> 

Jieun sudah duduk dengan kaki dilipat, ia tengah berada direstoran Jepang. Hanya ada dia dan tuan Kim, lalu siapa orang yang akan dikenalkan kepadanya ?

"Pesanlah dulu, sepertinya dia akan sedikit terlambat" Jieun mengangguk kecil dan mulai membuka buku menu dihadapannya. Membaca dan memilih menu apa yang akan dia makan siang ini. Masakan jepang tidak terlalu menarik dimatanya, ia lebih menyukai ayam goreng ataupun burger dengan daging dan sayur segar didalamnya. Ugh, tapi tidak akan terlihat baik jika ia menolak bosnya sendiri kan ? Akhirnya pilihan Jieun jatuh pada tempura, udang goreng berbalut tepung.

Seraya menunggu pesanan datang, Jieun juga tuan Kim hanya mengobrol basa-basi tentang klien ataupun perusahaan.

Seseorang datang, membungkuk pada tuan Kim sebelum akhirnya duduk disampingnya. Tuan Kim tampak tersenyum seakan ia sudah menunggu lama akan kedatangan orang itu. Jieun hanya tersenyum kecil pada orang yang malah sama sekali tak membalas senyumannya. Wajahnya berubah dingin setelah menyapa ayahnya.

"Kau ini, kenapa terlambat ?"

"Maaf ayah, kau tahu kan saat makan siang selalu saja jalanan macet"

"Itu alasan yang sangat kuno tahu  .. Ah iya aku lupa, kenalkan dia Lee Jieun, karyawan ayah yang paling loyal diperusahaan"

"Jieun ini Kim Myungsoo anak bungsuku"

Jieun mengangguk lalu memperkenalkan diri. Begitu pula Myungsoo.

"Ahaha kalian terlihat cocok" Myungsoo mengerutkan dahi tak mengerti dan Jieun juga tak jauh berbeda namun ia segera menutupinya dengan senyuman canggung.

Makanan pun datang, mereka memulai makan siang itu dengan tenang. Tuan Kim sengaja memesankan juga untuk Myungsoo sebelumnya sehingga mereka bisa langsung makan bersama.

"Eum ini enak sekali presdir"

"Kau benar, Jieun-ssi, ini adalah salah satu restoran favoritku"

"Haha jinjja ? Anda memang ahli memilih tempat makan yang enak"

"Ah kau bisa saja haha" Myungsoo yang melihat hal itu hanya bisa memandang Jieun jengah.

Dasar penjilat

"Ah iya .. Ayah berencana untuk memindahkanmu ke perusahaan pusat"

"Bukankah ayah yang tidak memperbolehkanku untuk disana, kenapa sekarang berubah ?"

"Kau sudah terlalu lama memimpin perusahaan cabang dan menurut ayah sekaranglah waktunya untuk mu pindah sehingga ayah bisa mengawasimu langsung juga mengajarimu dasar-dasar manajemen"

"Harusnya dari awal ayah berfikir seperti itu"

Jieun hanya semakin menunduk, memakan dengan sungkan. Ia merasa seperti orang asing yang masuk dalam sebuah pertengkaran keluarga. Dilihat dari sikap namja bernama Myungsoo itu, Jieun bisa melihat bahwa hubungan ayah dam anak dihadapannya tidak terlalu baik.

"Dan Lee Jieun ini, yang akan mengajarimu dan membantumu diperusahaan nanti"
Jieun hampir saja tersedak karena kaget. Ia yang ditunjuk untuk membantu namja menyebalkan itu ? Oh hari hari Jieun sepertinya tidak akan berjalan baik. 

Myungsoo hanya mengangguk patuh dalam diam. Ia mengambil serbet, membersihkan sedikit mulutnya dan berpamitan untuk kembali ke kantor.

"Dia itu memang anak yang keras kepala" ucap tuan Kim saat Myungsoo benar-benar sudah tak lagi berada disana.

"Apakah anda tidak salah memilih saya untuk membimbingnya, presdir ?"

"Wae ? Kurasa kau yang paling cocok karena kalian seumuran, santai saja Jieun-ssi kau bisa juga memarahinya jika ia bertindak sesukanya"

"Ah ne presdir" dalam hati Jieun merutuk. Kenapa harus ia ? Tuan Kim masih mempunyai banyak sekali orang berkompeten dikantor yang bisa mengajari anaknya tapi .. Tapi kenapa harus DIA !? Hufftt.

<<>> 

Jieun sampai didepan apartement yang ditinggalinya bersama Luhan. Memakirkan Mobilnya dan mulai berjalan gontai memasuki lift yang akan membawanya ke apartemenya.
Sebenarnya Jieun juga mempunyai sebuah apartement tak kalah mewah hasil jerih payahnya sendiri namun tak ditinggalinya, hanya digunakan jika keluarganya dari luar kota mengunjungi sesekali.

Drrt drrt

Ponsel Jieun bergetar.

"Hallo"

"Sayang kau sudah pulang ?"

"Ne, ada apa ?"

"Ah itu, aku harus pulang kerumah karena ibu bilang ia merindukanku , kau tak apa kan jika sendiri ?"

"Ck ck .. Aku sudah berumur 22 tahun tuan Xi, kau ini berlebihan"

"Haha, baiklah kalau begitu daah sayang"

"Eits tunggu dulu"

"Mwo ? Tuh kan kau sudah merasa kehilangan aku tak ada"

"Cih bukan itu bodoh, apa kau sudah sembuh ? Kau pasti menyetir sendiri ya sekarang ? Harusnya kau menelpon supir pengganti, aku takut terjadi apa-apa denganmu"

Diam-diam Luhan tersenyum disebrang sana. Jieun memang terlihat jutek namun sangat perduli padanya.

"Ne ne .. Ya ampun, istriku ini cerewet sekali yah. Aku sudah mendingan Kok, kau jangan khawatir oke"

"Hmm"

"Baiklah bye, mmuaaacch"

"Mmmuaaaach" dan Jieun pun mengakhiri panggilan telepon itu.

<<>> 

Jieun menyalakan televisi namun matanya sibuk menatap layar laptop dipangkuannya. Sibuk mengetikan berbagai kata disana. Sesekali berfikir dan kembali mengetik. Memakai kacamata baca yang membuat dirinya tampak seperti seorang siswa culun. Rambutnya ia gulung ke atas, memakai kaos santai dan celana tidur panjang. Jam menunjukan pukul 9 malam namun Jieun masih belum beranjak dari sana sejak petang tadi. Mengabaikan rasa lapar yang mulai membuat perutnya berbunyi krucuk-krucuk.

“Aachh, akhirnya selesai juga” meregangkan kedua tangannya ke atas kala apa yang dikerjakannya rampung. Mengitarkan kepalanya memandang betapa sepinya apartement tanpa Luhan yang selalu saja mempunyai cara untuk mengganggunya. Memandang jam dan sedikit terkejut bahwa dari tadi perutnya belum diisi apapun. Berjalan menuju dapur dan membuka lemari pendingin namun-

“Aigoo, kenapa sama sekali tak ada apapun ?” memilih menutup kembali pintu lemari pendinginnya.

“Aaaahh aku lapaar”

“Teganya kau meninggalkanku tanpa makanan Xi Luhan” gerutu Jieun. Lapar membuatnya sedikit emosi.

Namun beberapa detik kemudian Jieun mendengar suara pintu terbuka. Ia menghampirinya dan sudah tahu siapa lagi jika bukan Luhan.

“Ough ku kira kau melupakanku” ucap Jieun dengan sedikit rasa kesal.

“Omo, kau merindukanku eoh ?” Jieun menggeleng tanpa ragu.

“Aku merindukan masakanmu”

“Aiishh kau kira aku pembantumu apa ?”

“Hehe .. aniyo, siapa yang bilang begitu ?”

“Sikapmu yang bilang begitu”

“Omo, Luhanku kalau marah imut sekali eoh ?” Ucap Jieun seraya memainkan hidung Luhan.

“Aiiish, duduklah, aku tahu kau lapar. Tunggu dan jangan mengganggu” Jieun tersenyum lebar. Hanya pria itu yang sangat tahu semua tentang Jieun. Sedang Luhan sibuk membongkar bahan masakan yang tadi dibawanya. Memakai celemek dan terlihat sibuk dengan kegiatan memasaknya. Dunia sudah benar-benar terbalik, Jieun yang gila kerja dan malah Luhan yang memasak untuk yeoja itu.

Jieun yang seakan bosan hanya melihat namja itu mondar-mandir didapur, beranjak dan memandang lebih dekat namja yang terlihat berlipat-lipat lebih keren saat memasak itu. Membuat Luhan justru risih dengan pandangan Jieun.

“Yaak ! tak bisakah kau duduk saja ?” Jieun mundur satu langkah, terlampau kaget dengan teriakan namja imut itu.

“Yaak ! bisakan tidak berteriak ?” balas Jieun tak mau kalah.

“Kau membuatku tidak bisa berkonsentrasi tahu”

“Benarkah ?” Jieun mendekat dua langkah. Menampakan wajahnya sedekat mungkin dengan Luhan.

“Ough , a apa yang kau lakukan ?”

“Hahaha .. lucu sekali melihatmu gugup. Baiklah aku akan duduk, cepatlah ! aku lapar sayang”

“Cih, yeoja itu”

<<>> 

Semuanya selesai, sudah makan, sudah kenyang dan sekarang diisi dengan minum bersama diberanda apartement mereka. Duduk dengan sepoi angin malam yang berangsur semakin dingin.

“Bagaimana kabar eomonim ?” tanya Jieun.

“Dia baik, dia ingin sekali bertemu denganmu lagi”

“Eumm, mungkin kalau ada waktu aku akan menemuinya lagi. Dan bagaimana kabar ayahmu ?”

“Dia bahkan tak tahu jika aku pulang tadi. Kau tahu kan ia sibuk, sekalipun ia tahu aku dirumah, ia pasti hanya akan membicarakan perusahaan dan bisnis”

“Sepertinya ayahmu menyeramkan sekali ya” Jieun sama sekali belum pernah bertemu secara langsung dengan ayah Luhan, namun sering melihat ditelevisi dan majalah bisnis. Ya, ayah Luhan terkenal dengan pebisnis yang cukup disegani.

“Bukan menyeramkan, dia hanya terlalu berambisi dan melupakan kalau ia mempunyai anak” Luhan terlihat sedikit menunduk, menatap kepulan dari kopinya yang mulai berkurang. Jieun perlahan meraih tangan dingin namja itu dan menggenggamnya.

“Tetap saja ia ayahmu dan tak akan ada yang berubah dengan hal itu”

“Tentu saja, lagi pula siapa bilang ia akan jadi tukang kebunku haha”

“Aiishh, anak ini aku serius bodoh !”

“Haha, ne tentu saja, seburuk apapun ayahku, dia tetap ayahku, orang tua yang membuatku berada didunia ini”

Jieun mengangguk pelan. Entah mengapa pembicaraan ini membuatnya mengingat mendiang ayahnya. Benar, Jieun sudah tidak mempunyai ayah sejak ia lulus SMA, ayah yang begitu membuatnya semangat untuk mendapatkan beasiswa dan menjadi orang sukses. Ayah yang selelah apapun akan tetap tersenyum saat Jieun menyambutnya dirumah. Sosok yang membuat Jieun bisa begitu kerasnya bekerja dan sampai pada posisi sekarang ini. Ibu Jieun tinggal diluar kota dengan satu adik laki-lakinya yang kini masih sekolah menengah atas. Rencananya mereka akan pindah ke Seoul saat adik Jieun lulus SMA, menyusul sang kakak yang kini sudah mempunyai pekerjaan yang layak.

Luhan yang melihat Jieun melamun, perlahan mengecup pelan punggung tangan Jieun yang membuat wanita itu menoleh.

“Kau merindukan ayahmu ?” Jieun tersenyum kecil dan mengangguk.

“Ouh sini-sini biar kupeluk” Luhan menarik pelan lengan Jieun membuat yeoja itu mendekat dan jatuh dalam pelukannya. Sumpah demi apapun, Jieun suka jika pria itu memeluknya. 

Banyak yang ia rasakan, seakan bukan hanya sebagai kekasih, pelukan Luhan juga mengingatkannya dengan pelukan ayahnya. Hangat dan nyaman. Namja itu membelai pelan surai Jieun. Seakan tahu apa yang tengah yeojanya itu rasakan. Lampu-lampu gemerlap kota Seoul membuat suasana itu semakin romantis dan menenangkan.

“Merasa lebih baik ?” Jieun mengangguk tanpa membuka mulutnya.

“Kau ingin kita mengunjungi makam nya”

“Aku sibuk”

“Heol, kau bahkan tidak bisa meluangkan sedikit waktumu untuk ayahmu sendiri”

“Baiklah-baiklah, bagaimana jika hari Minggu besok”

“Tentu, dengan senang hati”

“Gomawo”

“Cheonma”

To Be Continue

Comments

  1. Waaaaahhhhh, so sweet banget luhan sama iu ><… cepet di update part 2 nya kaaaaaaa ^^

    ReplyDelete
  2. Hoel, daebak!!!! HanU couple ada lagi,, gomawo authornim, part 2 ditunggu banget yaw ��

    ReplyDelete
  3. wahhhh HanU couple suka banget sama couple ini
    ditunggu chap 2 nya ya thor kalo bisa jangan lama2 ya thor heheeh
    #maksa

    ReplyDelete

Post a Comment